Header Ads

test

Mewujudkan Perilaku Kepemimpinan Pendidikan yang Profesional


Perilaku Kepemimpinan Pendidikan yang Profesional

Pengertian Perilaku Kepemimpin yang Profesional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. Sedangkan pengertian Kepala Madrasah profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang kepemimpinan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain, Kepala Madrasah profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidang kepemimpinannya.

Dari pengertian kedua kata tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa perilaku kepemimpinan yang professional adalah sebagai cara pemimpin menjalankan atau berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan; atau perilaku kepemimpinan yang professional adalah cara bertingkah laku seorang pemimpin yang professional yang dihasilkan akibat adanya interaksi yang baik, antara pemimpin tersebut dengan pengikutnya yang disesuaikan dengan tuntutan yang ada dan biasa berlaku dalam kelompok sosialnya agar ia memperoleh pengakuan, diterima atau bahkan ditolak oleh pengikut atau kelompoknya tadi dan ini terjadi setelah adanya interaksi di antara keduanya.

Kajian Yukl tentang perilaku pemimpin terhadap bawahan dapat dirinci sebagai berikut: a) High-high, berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan yang tinggi dengan bawahan dan berorientasi pada tugas yang tinggi pula, b) High task-low relations, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, akan tetapi rendah hubungan terhadap bawahan, c) Low task-high relations, menjelaskan bahwa pemimpin tersebut rendah orientasinya pada tugas, akan tetapi lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, d) Low task-low relation, yakni seorang pemimpin yang orientasinya pada tugas lemah, sementara orientasinya pada hubungan dengan bawahan juga lemah.

Harsey dan Blanchard, sebagaimana yang di kutip oleh Sudjana mengemukakan bahwa perilaku atau perbuatan seorang pemimpin cenderung mengarah kepada dua hal, yaitu konsiderasi dan struktur inisiasi. Konsiderasi adalah perilaku pemimpin untuk memperhatikan kepentingan bawahan. Ciri-ciri perilaku konsiderasi adalah: ramah tamah, mendukung dan membela bawahan, mau berkonsultasi, mau mendengarkan bawahan, mau menerima usul atau saran bawahan, memikirkan kesejahteraan bawahan, dan memperlakukan bawahan setingkat dengan dirinya. 
Sedangkan struktur inisiasi ialah perilaku pemimpin yang cenderung lebih mementingkan tujuan organisasi. Ciri-ciri perilaku struktur inisiasi adalah; memberikan kritik terhadap pelaksanaan tugas-tugas yang tidak baik, menekankan pentingnya batas waktu pelaksanaan tugas–tugas kepada bawahan, senantiasa memberitahukan tentang sesuatu yang dilakukan bawahan, selalu memberi petunjuk kepada bawahan tentang cara melakukan tugas, menetapkan standar tertentu tentang tugas pekerjaan, meminta bawahan untuk selalu mengikuti standart yang telah di tetapkan, dan selalu mengawasi optimasi kemampuan bawahan dalam melaksanakan tugas.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemimpin yang Profesional
Meskipun diantara pemimpin banyak yang memiliki keahlian yang sama, latar belakang yang sama dan dipekerjakan pada profesi atau jabatan yang sama, namun selalu kita lihat adanya perbedaan-perbedaan baik dalam berperilaku, bersikap, serta gaya kepemimpinannya. Perbedaan perilaku, sikap serta gaya kepemimpinan tersebut disebabkan oleh berbagi faktor yang ada di sekitarnya.

Tannembaum dan Schmidt dalam Koont, mengemukakan bahwa kepemimpinan yang professional memiliki faktor-faktor yang mempengeruhi perilakunya, antara lain adalah: a) Faktor-faktor kepribadian manajer, termasuk sistem nilainya, rasa yakin terhadap bawahan kecenderungan terhadap gaya kepemimpinan, dan perasaan aman dalam situasi-situasi yang tidak menentu; b) faktor-faktor dalam diri bawahan yang mempengaruhi perilaku manajer dan c) Faktor-faktor situasi, seperti nilai dan tradisi organisasi, seberapa efektif bawahan bekerja sebagai suatu unit, hakekat masalah, apakah wewenang untuk menangani masalah itu dapat didelegasikan dengan aman atau tidak, dan adanya desakan waktu.

Sedangkan Purwanto mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin yang profesional adalah: a) Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya, b) Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jawabannya, c) Sifat-sifat kepribadian pemimpin, d) Sifat-sifat keperibadian pengikut atau kelompok yang dipimpinnya, d) Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin.

Efektifitas Gaya Kepemimpinan Profesional
Efektivitas kepemimpinan yang professional dapat diidentifikasikan dari berbagai kriteria sesuai dengan konsep gaya kepemimpinan yang dipergunakan. Beberapa teori tentang gaya pemimpin yang professional antara lain :
Teori Tannenbaum dan Warren H. Schmidt. Dia mengemukakan bahwa manager harus mempertimbangkan tiga kekuatan sebelum memilih gaya kepemimpinan, yaitu: (1) Kekuatan-kekuatan dalam diri manager yang mencakup ; sitem nilai, kepercayaan terhadap bawahan, kecenderungan kepemimpinannya sendiri, dan perasaan aman atau tidak aman. (2) Kekuatan-kekuatan dalam diri para bawahan, meliputi; kebutuhan mereka akan kebebasan, kebutuhan mereka akan peningkatan tanggungjawab, apakah mereka tertarik dalam dan mempunyai keahlian untuk penanganan masalah, dan harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan. (3) Kekuatan-kekuatan dari situasi, mencakup ; tipe organisasi, efektifitas kelompok, desakan waktu, dan sifat masalah itu sendiri.

Pendekatan yang paling efektif sebagai manager menurut mereka adalah sedapat mungkin fleksibel, maupun memilih perilaku kepemimpinan yang dibutuhkan dalam waktu dan tempat tertentu.
Teori Contingency dari Fiedler. Teori ini dikemukakan oleh Fred Fiedler, ia menyatakan bahwa efektifitas suatu kelompok tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan situasi. Situasi menurut dia dirumuskan dengan dua karakteristik yaitu : (1) Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan menguasai situasi. (2) Derajat situasi yang menghadapkan manager dengan ketidakpastian. Pemimpin yang efektif, harus mampu manyesuaikan dan mangubah gaya-gaya kepemimpinannya terhadap situasi, dan manakala pemimpin mempunyai keterbatasan dalam mengubah gaya kepemimpinannya maka situasi harus diubah atau pemimpin harus dicarikan pemimpin yang gayanya cocok dengan situasi. 

Teori Siklus Kehidupan dari Hersey dan Blanchard. Teori ini dikemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blancrad yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten para pemimpin yang mereka gunakan ketika mereka bekerja dengan dan melalui orang lain seperti yang dipersepsi oleh orang-orang itu.

Pada saat suatu proses kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Gaya kepemimpinan yang efektif merupakan gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin sesuai dengan situasi dan kondisi supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dalam mencapai tujuan organisasi. Hersey dan Blanchard menjelaskan bahwa gaya pemimpin yang efektif ada 4 (empat) yaitu :
  1. Gaya instruktif, penerapannya pada bawahan yang masih baru atau baru bertugas. Ciri-ciri gaya kepemimpinan instruktif, mencakup antara lain :(a) Memberi pengarahan secara spesifik tentang apa, bagaimana dan kapan kegiatan dilakukan. (b) Kegiatan lebih banyak diawasi secara ketat.(c) Kadar direktif tinggi. (d) Kadar suportif rendah. (e) Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai. (f) Kemampuan motivasi pegawai rendah. (g) Tingkat kematangan bawahan rendah. 
  2. Gaya konsultatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi, namun kemauan rendah. ciri-cirinya mencakup antara lain : (a) Kadar direktif rendah. (b) Kadar suportif tinggi. (c) Komunikasi dilakukan timbal balik. (d) Masih memberikan pengarahan yang spesifik. (e) Pimpinan secara bertahap memberikan tanggungjawab kepada pegawai walaupun bawahan masih dianggap belum mampu. (f) Tingkat kematangan bawahan rendah sampai sedang. 
  3. Gaya delegatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan tinggi dan kemamuan tinggi. Gaya kepemimpinan delegatif mempunyai ciri-ciri antara lain : (a) Memberikan pengarahan bila diperlukan saja. (b) Memberikan suport dianggap tidak perlu lagi. (c) Penyerahan tanggungjawab kepada bawahan untuk mengatasi dan menyelesaikan tugas. (d) Tidak perlu memberi motivasi. (e) Tingkat kematangan bawahan tinggi.
  4. Gaya pertisipatif, penerapannya pada bawahan yang memiliki kemampuan rendah, namun memiliki kemauan kerja tinggi. ciri-ciri kepemimpinan pastisipatif ini mencakup antara lain : (a) Pemimpin melakukan komunikasi dua arah. (b) Secara aktif mendengar dan merespon segenap kesu-karan bawahan. (c) Mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara maksimal dalam operasional. (d) Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. (e) Mendorong bawahan untuk berpartisipasi. (f) Tingkat kematangan bawahan sedang sampai tinggi.
Kepemimpinan partisipatif ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas atau non directive. Orang yang menganut pen-dekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai atau permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus. Asumsi yang mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa para karyawan akan lebih siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan dan strategi di mana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya. Kritik terhadap pendekatan ini menyatakan bahwa pembentukan konsensus banyak membuang waktu dan hanya berjalan bila semua orang yang terlibat memiliki komitmen terhadap kepetingan utama organisasi. 
 

Sumber Bacaan:
  • Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1999).
  • Sudjana, Manajemen Program Pendidikan; Untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Falah, 2000).
  • Suhaimi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di SMA Muhammdiyah Mataram), Thesis, Tidak Dipublikasikan, PPs UIN Malang, 2004.
  • Robert Tannenbaum dan Warren H Schmidt, How to Choose a Leadership Patten”, Harvard: Bussines Review,1973.
  • Fred Fiedler, A.Theory of Leadership Effektivenness, New York: McGraw-Hill, l967.
  • Paul Hersey dan Kenneth Blanchard, Management of Organizational Behavior, Edisi ketiga, New York: Enggelwod Cliffs, 1977.
  • E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Upaya dan Implementasi, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003).

Tidak ada komentar